Minggu, 28 Desember 2008

ARTI OMBAK MENANGIS

Sepertinya hari ini aku begitu lelah. Barusan aku pulang dari pantai. Aku pergi bersama teman-temanku. Ada 8 orang termasuk aku. Namaku dina, nama temanku yang lain ada prisa, yomiko, lisa, runi, ani, avi, guntur. Guntur adalah satu-satunya cowok dalam gengku. Paling sering kami nongkrong di warung mina. Makanya geng kami namanya geng mina.
Kami baru saja habis melakukan perjalan jauh. Otak kami puyeng sempoyongan. Sehabis ulangan umum memang begitu. Biar otak plong kami memutuskan untuk jalan-jalan. Kamu tau? Kami tersesat di antara orang-orang asing. Kami terpisah dengan 2 orang teman kami yaitu avi dan guntur. Kami bingung mau nyari mereka di mana. Untung saja ada ponsel. Kami pun menghubungi mereka. Sama dengan bohong kami tak tau petunjuk apapun untuk mengetahui keberadaan masing-masing. Singkat cerita akhirnya kita bertemu di ujung pulau. Ujung benar-benar ujung. Dekat pantai. Kami berlari dan saling berpelukan. Tapi entah mengapa tiba-tiba. Aku ingin memegang ombak pantai. Segera aku lari dan melipat celana panjangku. Seolah aku terpanggil. Aku sentuh air dalam ombak itu. Aku usapkan pada bagian kepala. Aku ingat kata-kata ibu. Jika kita ke pantai kita harus menyentuhkan bagian tubuh kita dengan air pantai, walau basah sedikit. Setidaknya kita harus menyantuh.
Tak tau kenapa setelah itu mataku terasa perih. Ingin menangis. Tapi aku malu pada matahari yang mau tenggelam itu. Air membasahi pipiku. Tapi kurasa aku masih menahan tangis. Mungkin, air mata dalam ombak pantai itu ?......
Hingga aku begitu merasa bersalah, aku begitu ceroboh karena aku tak tau bahwa aku salah jalan kemarin, ketika masa lalaku teringat. Aku pun benar-benar menangis.
Beruntungnya aku, sebelum mati aku sudah menyadarinya.



26 December 2008
Arti ombak menangis,